DUA PILIHAN
Hidup adalah pilihan. Semua hal yang telah dipilih
akan menentukan kedudukan seseorang di kehidupan nanti.
Alloh Swt menjadikan manusia sebagai khalifah di muka
bumi. Untuk menjalankan tugas mulia ini, tentu saja manusia perlu petunjuk
jalan agar tidak menyimpang dari jalur kebenaran. Sebagai Sang Maha Pencipta,
Alloh swt telah memberikan dua pilihan seperti tercantum dalam Al quran surat Al-Balad ayat 10
yang artinya “ Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” Selanjutnya
dalam surat Asy-Syams
ayat 8 Alloh swt menjelaskan dua jalan tersebut, “ Maka Alloh mengilhamkan
kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan.”
Petunjuk jalan tersebut hendaknya disyukuri sebagai
nikmat Alloh swt karena tanpanya manusia akan tersesat dan semakin jauh dari
rahmat Alloh swt. Hal ini sesuai dengan firman Alloh swt yang artinya “
Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan
ada pula yang kafir, “ (QS. Al-Insan : 3). Dalam hal ini, Alloh swt memberikan
kebebasan kepada manusia untuk memilih salah satu dari dua pilihan tersebut.
“Dan katakanlah : kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu ; maka barang siapa yang
ingin (beriman) hendaknya ia beriman ; dan barang siapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir …. “ (QS. Al-Kahfi : 29).
Jalan kebenaran.
Imam Hasan Al-Banna pernah menyampaikan nasihat kepada
muridnya bahwa jalan menuju surga itu akan selalu dihiasi dengan sesuatu yang
kebanyakan manusia tidak menyukainya. Jalan kebenaran hanya akan dipilih oleh
orang-orang yang ingin membersihkan diri dari segala dosa yang mengotori hati.
Dengan melalui jalan itulah, seseorang akan mampu meraih takwa. Mereka termasuk golongan orang-orang
yang beruntung (QS. Al-Insan : 9), itulah bukti karunia Alloh swt kepada siapa
saja yang dikehendaki (QS. Al-Jumu’ah : 4).
Ketika manusia memilih jalan ini, hal utama yang harus
dilakukan adalah bersyukur. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Alloh
hanya memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang mau menerima bimbingan dan arahan
dari-Nya. Tidak semua orang diberi kekuatan untuk tetap berada dijalan
kebenaran. Buktinya, akan selalu ada orang yang memilih berkubang di lembah
dosa sementara kesempatan untuk bisa membersihkan diri sangat terbuka.
Berikutnya kita akan memerlukan bekal kesabaran yang
berlebih karena Alloh akan selalu menguji siapa saja yang menyatakan keimanan
pada-Nya. Musuh utama manusia, setan, akan senantiasa menggoda manusia agar
selalu bergabung dalam golongan orang-orang yang mendurhakai perintah Alloh.
Orang yang berada di jalan kebenaran akan selalu
berusaha menjaga dirinya dari perbuatan dosa yang bisa mendatangkan kemurkaan
Alloh kepadanya. Manakala ia lalai dan terjerumus dalam kenistaan, ia kan segera bertaubat
memohon ampunan dari Alloh swt. Sebanyak apapun dosa kita, ampunan dan rahmat
Alloh swt jauh lebih besar.
Dalam berhubungan dengan manusia, mereka berusaha
untuk senantiasa jujur dalam perkataan dan perbuatan. Bukankah segala sesuatu
akan dimintai pertanggungjawaban kelak diakhirat? Sikap jujur ini akan
melahirkan kepercayaan orang-orang disekitar kita. Mereka bersikap lemah lembut
kepada saudara seiman dan bersikap keras kepada musuh islam. Ketika harus
memutuskan sesuatu, ia akan berusaha mengambil sikap bijaksana, adil, dan hanya
memihak pada kebenaran. Kepada semua orang, terutama dari golongan fakir
miskin, anak yaitm, orang terlantar, ia akan senantiasa menunjukkan sifat yang
santun dan lemah lembut. Ia akan menjauhi segala bentuk tindakan yang merugikan
orang lain, apalagi menindas dan menyengsarakan umat manusia.
Manakala seseorang mampu memenuhi beberapa persyaratan
tersebut, niscaya ia akan memperoleh balasan dari Alloh swt berupa kejayaan dan
kesuksesan.
Jalan kesalahan.
Dalam Al Quran surat
Al-Insan ayat 10 Alloh swt berfirman, yang artinya “ Dan sesungguhnya merugilah
orang-orang yang mengotorinya.” Dari ayat tersebut Alloh swt mengingatkan kita
agar tidak terjerumus dalam jalan kesalahan yang akan mengotori kesucian hati
kita. Tatkala kita melakukan satu kesalahan maka akan tampak noda hitam dalam
hati kita. Jika kesalahan itu berulang-ulang, yang terjadi adalah hati akan
menjadi hitam bahkan mengeras. Kondisi hati yang demikian akan menyulitkan
masuknya cahaya hidayah Alloh. Sama saja bagi orang lain yang ingin
mengingatkan karena Alloh telah menutup mata hatinya dari hidayah.
Ada beberapa sikap yang perlu kita waspadai
agar tidak salah melangkah. Diantaranya adalah suka memperturutkan sifat tergesa-gesa.
Alloh berpesan kepada kita, “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia
berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa,” (QS. Al-Isra
: 11). Sifat tergesa-gesa atau terburu-buru berasal dari bisikan setan. Sifat
seperti ini hanya akan menyebabkan seseorang tak lagi bisa berfikir jernih
sehingga ia akan mudah terkena bujuk rayu setan. Sifat ini berbeda dengan
cekatan. Bertindak memerluka pemikiran yang matang terlebih dahulu, baru
kemudian ia segera menyelesaikan urusan tersebut.
Sikap lain yang perlu kita hindari adalah mudah
berkeluh kesah dengan semua pemberian Alloh swt yang tidak sesuai dengan keinginannya
(QS. Al-Maarij : 19-20). Sering berkeluh kesah hanya akan menambah beban kehidupan semakin berat
dirasakan. Lebih bermanfaat seandainya kita memikirkan jalan keluar dari permasalahan
yang sedang dihadapi daripada sekedar mengeluh dan mengeluh. Orang lain juga akan
jenuh bila terus menerus mendengar keluhan saudaranya.
Orang yang memilih jalan kesalahan akan enggan
melakukan kebaikan, misalnya tidak mau memberikan sebagian hartanya untuk orang
lain (QS.Al-Isra : 100). Ia juga akan mengingkari semua nikmat Alloh swt bahkan
tidak mau mensyukurinya sama sekali. Disetiap kesempatan ia akan berusaha
menunjukkan bahwa pendapatnya yang benar. Hobinya berdebat (QS. Al-Kahfi : 54)
dan suka sekali membantah perintah Tuhan-Nya (QS. Al-Adiyat : 6). Kepada orang
lain, mudah sekali ia ringan tangan, berbuat zalim dan suka menganiaya yang
lemah (QS. Ibrahim : 34).
Bagi siapa saja yang melewati jalan ini, Alloh swt
akan memberikan kegagalan dan merugi, tidak saja di dunia bahkan di akhirat. Firman
Alloh swt surat
Al-Ashr ayat 1 – 3 menyiratkan sifat orang yang terhindar dari kerugian yaitu
orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, saling menasehati dalam
menta’ati kebenaran dan menetapi kesabaran.
Semoga kita diberi petunjuk Alloh untuk senantiasa
menapak di jalan kebenaran dan terhindar dari jalan kesalahan yang akan
menyengsarakan kehidupan kita. Amiien.