MENYEDIKITKAN
MAKANAN
Alloh
SWT telah berfirman dalam sebuah hadis qudsi yang artinya “ tidak ada perlindungan yang lebih kuat bagi
hambaku kecuali menyedikitkan makanan “.
Alloh
SWT memberitahu kita melalui Nabi Muhammad SAW tentang perlunya membatasi
makanan. Orang tidak akan dapat menjaga atau melindungi diri dari kelemahan dan
kelumpuhan serta berbagai penyakit tanpa menyedikitkan makanan. Membatasi
makanan dapat memberikan waktu istirahat bagi tubuh dan akal serta memelihara
keduanya dari bahaya penyakit.
Didalam
Al Qur’an Alloh SWT menerangkan bagaimana cara berhemat dan tidak melampaui
batas dalam hal makanan dan minuman, seperti tercantum dalam surat Al A’raf ayat 31 yang artinya “ makan
dan minumlah ( tetapi ) jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh SWT tidak
menyukai orang-orang yang suka berlebih-lebihan.”
Petunjuk
Nabi Muhammad SAW menuntun kita agar jangan terlalu banyak makan dan minum.
Diterangkan bahwa wadah yang paling buruk diisi adalah perut, dan bahwa berlaku
sedang dan tidak berlebih-lebihan ialah mengisi perutnya sepertiga saja dengan
makanan, sepertiga lagi dengan minuman, sedang sepertiganya lagi untuk
nafasnya.
Orang
mukmin makan untuk satu perut, sedangkan orang kafir makan untuk tujuh perut.
Semestinya orang mukmin makan hanya sedikit, apabila tidak ingin dinamakan
orang kafir.
Tentang
orang yang suka makanan berlebihan, Alloh SWT menggambarkan seperti cara makan
hewan. Mereka berlebih-lebihan sampai sekenyang-kenyangnya, tidak beraturan
asal mata terjaga perutnyalah yang dipikirkannya. Berbagai bentuk makanan
dimasukkan kedalam perutnya, entah yang halal maupun haram. Sebagaimana Alloh
SWT berfirman dalam surat
Muhammad ayat 12, yang artinya “ mereka makan laksana hewan makan dan api
nerakalah tempat kediaman mereka “.
Rasululloh
SAW pernah bersabda, yang artinya adalah sebagai berikut :
- Perut itu adalah sumber penyakit dan berpantang itu adalah obatnya.
- Kaum muslimin adalah satu kaum yang bila telah merasa lapar barulah makan dan apabila makan maka tidak terlalu kenyang.
Pesan
– pesan Al-Qur’an mengenai makanan.
Alloh
SWT memerintahkan agar manusia memakan makanan yang sifatnya HALAL dan THAYYIB.
Sesuatu yang halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrowi.
Kata THAYYIB dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat, menentramkan dan yang
paling utama. Kita dapat berkata bahwa kata THAYYIB dalam makanan adalah
makanan yang sehat, proporsional, dan aman serta tentunya yang paling utama
adalah halal.
Makanan
sehat.
Makanan
sehat adalah makanan yang memiliki zat gizi yang cukup dan seimbang. Oleh
karena itu dalam Al-Qur’an disebutkan sekian banyak jenis makanan yang
sekaligus dianjurkan untuk dimakan, seperti misalnya padi-padian, pangan
hewani, ikan, buha-buahan, lemak, madu, dan lain-lain. Penyebutan aneka jenis
makanan ini, menuntut kearifan kita dalam memilih dan mengatur keseimbangannya.
Proporsional.
Proporsional
dalam arti sesuai dengan kebutuhan pemakanan, tidak berlebih, dan tidak kurang.
Karena itulah Al-Qur’an menuntut para ibu agar menyusui anaknya dengan ASI ( air susu ibu ) serta menetapkan masa
penyusuan yang ideal.
A
m a n.
Tuntunan
perlunya makanan yang aman, antara lain dipahami dari firman Alloh SWT dalam surat Al Maidah ayat 88,
yang menyatakan “ Dan makanlah dari apa yang direzekikan Alloh kepada kamu yang halal dan
baik, dan bertaqwalah kepada Alloh yang kamu percaya kepada-Nya. “
Dirangkaikan
antara perintah makan dan taqwa, menuntun dan menuntut agar manusia selalu
memperhatikan sisi taqwa yang intinya adalah menjalankan semua yang
diperintahkan oleh Alloh SWT dan berusaha menghindari dari segala perbuatan
yang mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman, baik di dunia ini maupun
di akhirat. Oleh karena itu memakan sesuatu makanan hendaknya yang sedap serta
berakibat baik bagi kesehatan tubuh.
Demikian,
sedikit petunjuk Al Qur’an tentang makanan. Kita dapat menyimpulkan bahwa Al
Qur’an memerintahkan kita untuk makan makanan yang halal dan thayyib serta yang
lezat dan baik akibatnya.
Semoga
Alloh menjadikan kita umat yang sederhana, terhindar dari sifat tama’ dan
rakus. Amiien.
Sumber
: hadis qudsi – tafsir mauduk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar