Selasa, 03 Juli 2012

Menyedikitkan Makanan ......


MENYEDIKITKAN MAKANAN

Alloh SWT telah berfirman dalam sebuah hadis qudsi yang artinya          tidak ada perlindungan yang lebih kuat bagi hambaku kecuali menyedikitkan makanan “.

Alloh SWT memberitahu kita melalui Nabi Muhammad SAW tentang perlunya membatasi makanan. Orang tidak akan dapat menjaga atau melindungi diri dari kelemahan dan kelumpuhan serta berbagai penyakit tanpa menyedikitkan makanan. Membatasi makanan dapat memberikan waktu istirahat bagi tubuh dan akal serta memelihara keduanya dari bahaya penyakit.

Didalam Al Qur’an Alloh SWT menerangkan bagaimana cara berhemat dan tidak melampaui batas dalam hal makanan dan minuman, seperti tercantum dalam surat Al A’raf ayat 31 yang artinya “ makan dan minumlah ( tetapi ) jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh SWT tidak menyukai orang-orang yang suka berlebih-lebihan.”

Petunjuk Nabi Muhammad SAW menuntun kita agar jangan terlalu banyak makan dan minum. Diterangkan bahwa wadah yang paling buruk diisi adalah perut, dan bahwa berlaku sedang dan tidak berlebih-lebihan ialah mengisi perutnya sepertiga saja dengan makanan, sepertiga lagi dengan minuman, sedang sepertiganya lagi untuk nafasnya.

Orang mukmin makan untuk satu perut, sedangkan orang kafir makan untuk tujuh perut. Semestinya orang mukmin makan hanya sedikit, apabila tidak ingin dinamakan orang kafir.

Tentang orang yang suka makanan berlebihan, Alloh SWT menggambarkan seperti cara makan hewan. Mereka berlebih-lebihan sampai sekenyang-kenyangnya, tidak beraturan asal mata terjaga perutnyalah yang dipikirkannya. Berbagai bentuk makanan dimasukkan kedalam perutnya, entah yang halal maupun haram. Sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam surat Muhammad ayat 12, yang artinya “ mereka makan laksana hewan makan dan api nerakalah tempat kediaman mereka “.

Rasululloh SAW pernah bersabda, yang artinya adalah sebagai berikut :
  1. Perut itu adalah sumber penyakit dan berpantang itu adalah obatnya.
  2. Kaum muslimin adalah satu kaum yang bila telah merasa lapar barulah makan dan apabila makan maka tidak terlalu kenyang.

Pesan – pesan Al-Qur’an mengenai makanan.

Alloh SWT memerintahkan agar manusia memakan makanan yang sifatnya HALAL dan THAYYIB. Sesuatu yang halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrowi. Kata THAYYIB dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat, menentramkan dan yang paling utama. Kita dapat berkata bahwa kata THAYYIB dalam makanan adalah makanan yang sehat, proporsional, dan aman serta tentunya yang paling utama adalah halal.

Makanan sehat.

Makanan sehat adalah makanan yang memiliki zat gizi yang cukup dan seimbang. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an disebutkan sekian banyak jenis makanan yang sekaligus dianjurkan untuk dimakan, seperti misalnya padi-padian, pangan hewani, ikan, buha-buahan, lemak, madu, dan lain-lain. Penyebutan aneka jenis makanan ini, menuntut kearifan kita dalam memilih dan mengatur keseimbangannya.

Proporsional.       

Proporsional dalam arti sesuai dengan kebutuhan pemakanan, tidak berlebih, dan tidak kurang. Karena itulah Al-Qur’an menuntut para ibu agar menyusui anaknya dengan ASI   ( air susu ibu ) serta menetapkan masa penyusuan yang ideal.

A m a n.

Tuntunan perlunya makanan yang aman, antara lain dipahami dari firman Alloh SWT dalam surat Al Maidah ayat 88, yang menyatakan “ Dan makanlah dari apa yang direzekikan Alloh kepada kamu yang halal dan baik, dan bertaqwalah kepada Alloh yang kamu percaya kepada-Nya.

Dirangkaikan antara perintah makan dan taqwa, menuntun dan menuntut agar manusia selalu memperhatikan sisi taqwa yang intinya adalah menjalankan semua yang diperintahkan oleh Alloh SWT dan berusaha menghindari dari segala perbuatan yang mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman, baik di dunia ini maupun di akhirat. Oleh karena itu memakan sesuatu makanan hendaknya yang sedap serta berakibat baik bagi kesehatan tubuh.

Demikian, sedikit petunjuk Al Qur’an tentang makanan. Kita dapat menyimpulkan bahwa Al Qur’an memerintahkan kita untuk makan makanan yang halal dan thayyib serta yang lezat dan baik akibatnya.

Semoga Alloh menjadikan kita umat yang sederhana, terhindar dari sifat tama’ dan rakus. Amiien.

Sumber : hadis qudsi – tafsir mauduk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar